Liputan6.com, Jakarta - Empat astronaut yang tergabung dalam misi Crew-5 SpaceX kembali ke Bumi pada Sabtu malam waktu setempat, usai lima bulan di Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Menggunakan wahana antariksa Dragon "Endurance" milik perusahaan Elon Musk itu, empat astronaut tersebut mendarat di lepas pantai Florida, Amerika Serikat (AS).
Baca Juga
Empat astronaut tersebut adalah Josh Cassada dan Nicole Mann dari NASA, Koichi Wakata dari Jepang, serta kosmonaut Rusia Anna Kikina. Dikutip dari Engadget, Senin (13/3/2023), mereka menghabiskan 157 hari di orbit selama rotasi Stasiun Luar Angkasa.
Advertisement
Tercatat juga, misi ini membawa Mann, anggota suku Wailaki, menjadikannya sebagai wanita pribumi Amerika pertama yang terbang ke luar angkasa.
Selain itu, ini juga pertama kalinya kosmonaut Rusia terbang dengan pesawat swasta AS. Hal itu bisa dicapai karena kerja sama NASA dan Roscosmos tahun lalu, di tengah ketegangan antara AS dan Rusia karena Perang Ukraina.
Sementara bagi Wakata, penerbangan ini menjadi kepulangannya yang kelima dari luar angkasa, menjadikannya sebagai sebuah rekor untuk Jepang.
Misi ini juga menandai perjalanan orbit kedua untuk Endurance, setelah kapsul itu berhasil membawa awak Crew-3 kembali ke Bumi musim gugur lalu.
Pesawat itu sekarang akan kembali ke fasilitas Dragon Lair SpaceX di Florida, untuk pemeriksaan keselamatan dan perbaikan, sebelum penerbangan berikutnya.
Mengutip laman resmi NASA, sepanjang misinya, Crew-5 SpaceX terlibat dalam sejumlah kegiatan sains dan pemeliharaan, serta demonstrasi teknologi.
Yang Dilakukan Astronaut Crew-5 di Luar Angkasa
Cassada bergabung dengan astronaut NASA Frank Rubio, untuk melakukan tiga spacewalks, serta mempersiapkan stasiun untuk memasang dua iROSA (International Space Station Roll-Out Solar Arrays) baru
Mann dan Wakata juga bekerja sama untuk dua perjalanan ruang angkasa, serta melengkapi laboratorium yang mengorbit untuk augmentasi susunan surya.
Selama di stasiun, anggota kru juga menguji teknik hidroponik dan aeroponik untuk menanam tanaman tanpa menggunakan tanah, serta terlibat dalam peluncuran satelit pertama Uganda dan Zimbabwe.
Mereka juga mempelajari bagaimana cairan bergerak dalam wadah dalam simulasi gravitasi bulan untuk menghasilkan data, guna menyempurnakan desain penjelajah Bulan.
Selain itu, para astronaut juga menguji sistem sesuai permintaan, untuk menghasilkan sejumlah nutrisi penting dari yogurt, kefir, dan minuman berbasis ragi.
Â
Advertisement
Astronaut Frank Rubio Tak Ikut Penerbangan Pulang
Mereka juga menanam tomat kerdil dalam upaya memenuhi kebutuhan akan kemampuan produksi makanan segar yang berkelanjutan di luar angkasa.Â
Para kru juga memasang kembali fasilitas bioprinting stasiun, sebagai batu loncatan dalam rencana jangka panjang untuk membuat seluruh organ manusia di luar angkasa.
Tidak dalam penerbangan kemarin adalah Frank Rubio, yang terbang ke Stasiun Luar Angkasa dengan MS-22, pesawat luar angkasa Soyuz Rusia, yang mengalami kebocoran cairan pendingin akhir tahun lalu, akibat serangan mikrometeoroid.
Kru Endurance untuk sementara mengatur kembali perjalanan mereka, untuk membawa Rubio jika terjadi evakuasi darurat dari sana, setelah Roscomos menentukan MS-22 hanya dapat mengangkut dua orang dengan aman.
Modifikasi tapi dicabut setelah Rusia mengirim pesawat pengganti Soyuz untuk membawa Rubio dan kosmonot Sergey Prokopyev dan Dmitry Petelin kembali ke Bumi.
Â
Roket Baru Jepang Gagal Mengorbit karena Masalah Mesin
Sementara, beberapa waktu lalu, roket angkut menengah baru milik Jepang gagal dalam penerbangan debutnya ke luar angkasa pada Selasa, 7 Maret 2023, setelah mengalami masalah mesin.
Mengutip Reuters, Selasa (7/3/2023), roket ini gagal mengorbit setelah kegagalan mesin di tahap kedua tidak menyala seperti yang direncanakan.
Kegagalan mengorbit ke luar angkasa ini jadi pukulan terhadap upaya Jepang memangkas biaya akses ke ruang angkasa dan bersaing dengan roket SpaceX milik Elon Musk.
Berdasarkan siaran langsung Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA), roket Jepang yang mengalami kegagalan mesin tahap kedua adalah roket H3 setinggi 57 meter. Roket ini sempat lepas landas tanpa hambatan dari pelabuhan antariksa Jepang, Tanegashima.
Namun setelah mencapai luar angkasa, mesin tahap kedua roket gagal menyala dan memaksa petugas di misi ini untuk menghancurkan kendaraan tersebut secara manual.
Upaya kegagalan orbit ini menyusul peluncuran yang seharusnya dijadwalkan bulan lalu, tetapi dibatalkan.
"Berbeda dengan pembatalan dan penundaan sebelumnya, kali ini benar-benar gagal," kata seorang profesor di Universitas Osaka dengan keahlian bidang kebijakan ruang angkasa, Hirotaka Watanabe.
Ia menambahkan, "Ini akan berdampak serius pada kebijakan ruang angkasa masa depan Jepang, bisnis ruang angkasa, dan daya saing teknologi."
(Dio/Ysl)
Advertisement